Menu Close

Agar Kita Setegar Orang-Orang Shalih

Tak mudah rupanya menjadi rakyat. Meski hanya menjadi rakyat. Justru di situ biang kesulitannya. Karena rakyat tak bisa memerintah, tapi selalu disuruh-suruh. Sebab rakyat tak bisa membuat keputusan, tapi senantiasa dibuatkan ‘kebijakan’. Menjadi rakyat sulit menentukan jalannya sendiri-sendiri. Lantaran rakyat adalah isi dari sebuah negara yang pasti akan ikut dalam tergoncang akibat pusaran kegoncangan massal. Ekonomi yang goncang, iklim politik yang goncang, stabilitas keamanan yang goncang, padahal mereka merasa tak pernah ikut membuat rentetan kegoncangan itu.

Kenaikan BBM saat ini tentu saja membuat semua lini rakyat ikut merasakan kegoncangannya tersebut. Orang shalih akan mampu melewati itu semua. Karena orang shalih memiliki pemahaman bahwa rezeki sudah dijamin oleh Allah. Jadi tak perlu khawatir dengan kenaikan harga BBM, tak perlu punya rasa takut dengan harga barang kebutuhan pokok pun yang ikut naik. Buktinya sejak dulu BBM naik, malah kendaraan makin banyak, malah masyarakat tetap konsumtif. Ketahuilah setiap yang terjadi di muka bumi ini sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh sejak 50.000 tahun yang lalu sebelum penciptaan langit dan bumi. Termasuk juga rezeki kita sudah terjamin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)

Tak mudah agaknya menjadi rakyat. Tapi orang shalih selalu mengingatkan kita untuk bersyukur walau menjadi rakyat. Apalagi bila tak mampu jadi penguasa. Karena menjadi penguasa pun tak lebih enak dari rakyat. Setidaknya kelak mereka akan dihisab lebih lama ketimbang rakyat.

Orang shalih selalu mengajak untuk ikut menjadi orang-orang shalih juga. Baik saat jadi rakyat atau penguasa. Baik saat jadi pejabat atau orang biasa. Baik saat kaya atau tak punya. Baik saat sendiri atau bersama-sama. Bahkan saat kita mampu berenang di samudera kepasrahan yang indah: “Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb sekalian alam.

Bila langkah kaki kita salah, kita sendirilah yang akan bertanggung jawab. Jika karya kita buruk, kita sendirilah yang akan dihisab. Saat perut kita serakah, kita sendirilah yang memuntahkannya kelak di akhirat. Kalau hati kita lengah, kita sendirilah yang akan meratapinya nanti di hari kiamat.
Itulah yang sejak dulu dipahami orang-orang shalih, yang pernah singgah dan berjaya di muka bumi ini dengan keshalihannya. Kepada mereka orang-orang shalih kita sampaikan do’a dan penghormatan. Lalu mari kita bertekadlah bulat- bulat, bagaimana agar kita setegar mereka orang-orang shalih..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *